KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan Kami semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaannya.
Dalam penulisan Makalah ini saya mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya, kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan
ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal kepada mereka amin yaa rabbal alamin.
Bireuen, 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1
Latar
Belakang.................................................................................
1.2
Konsep Human
Capital....................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................
2.1
Pengertian Human
Capital..............................................................
2.2
Pengelolaan
Human Capital...........................................................
2.3
Pengukuran
Dampak Human Capital terhadap Proses...................
2.4
Pengukuran
Dampak Human Capital terhadap Hasil.....................
2.5
Pengukuran Aspek
Finansial Human Capital.................................
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN.........................................................
3.1
KASUS..........................................................................................
3.2
PEMBAHASAN............................................................................
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep tentang investasi sumber daya
manusia (human capital investment) yang menunjang pertumbuhan ekonomi (economic
growth), telah ada sejak jaman Adam Smith (1776), Heinrich Von Thunen (1875)
dan para teoritisi klasik lainnya sebelum abad ke-19 yang menekankan pentingnya
investasi keterampilan manusia. Schultz (1961) dan Deninson (1962) kemudian
memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan sumberdaya manusia
sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi
dari tenaga kerja. Penemuan dan cara pandang ini telah mendorong ketertarikan
sejumlah ahli untuk meneliti mengenai nilai ekonomi dari pendidikan (Nurulpaik,
2005). Human capital merupakan stock dari kemampuan dan pengetahuan produktif
yang terdapat pada masyarakat. Alfred Marshal pernah berkata “the most valuable
of all capital is that invested in human beings” (Becker, 1975). Dalam hal ini
human capital merupakan investasi jangka panjang pada pengembangan sumberdaya
manusia untuk meningkatkan produktivitas. Pentingnya human capital adalah
pengetahuan yang ada pada sumberdaya manusia merupakan basis penggerak dalam
peningkatan produktivitas.
1.2
Konsep Human Capital
Konsep human capital muncul karena
adanya pergeseran peranan sumber daya manusia. Human capital muncul dari
pemikiran bahwa manusia merupakan intangible asset yang memiliki banyak
kelebihan yaitu:
1.
Kemampuan
manusia apabila digunakan dan disebarkan tidak akan berkurang melainkan
bertambah baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi organisasi.
2.
Manusia mampu
mengubah data menjadi informasi yang bermakna
3.
Manusia mampu
berbagi intelegensia dengan pihak lain
Menurut Becker, hal-hal yang mendasari lahirnya
konsep human capital adalah:
1.
Manusia
berinvestasi yang hasilnya dapat memberikan keuntungan dalam jangka waktu yang
panjang
2.
Pekerja memiliki
satu set keahlian yang dapat diberikan/disewakan kepada majikan
3.
Menawarkan
adanya akusisi.
Konsep human capital menjadi masalah
yang menarik terutama sejak terjadinya pergeseran dari ekonomi yang berbasis
industri kearah ekonomi yang mangarah pada kehandalan sistem komunikasi,
informasi dan pengetahuan.
Menurut Derek Stokey (2003) perlunya human capital
pada masa sekarang berdasarkan pada:
1.
Kuatnya tekanan
persaingan keuntungan finansial dan nonfinansial
2.
Pemimpin bisnis
dan politik mulai mengakui bahwa memiliki orang yang memiliki skill dan
motivasi tinggi dapat memberikan perbedaan peningkatan kinerja yang signifikan.
3.
Terjadi
perubahan yang cepat yang ditandai adanya proses dan teknologi yang baru tidak
akan bertahan lama apabila pesaing mampu mengadopsi teknologi yang sama. Namun
untuk mengimplementasikan perubahan, tenaga kerja yang dimiliki industri harus
memiliki skill dan kemampuan yang lebih baik.
4.
Untuk tumbuh dan
beradaptasi, kepemimpinan organisasi harus mengenali nilai dan kontribusi
manusia.
Sesuatu yang dimiliki oleh manusia
adalah kemampuan untuk mengubah data yang diperoleh menjadi suatu hal yang
bernilai bagi organisasi.
Konsep utama dari human
capital menurut Becker (1993) adalah bahwa manusia bukan sekedar
sumber daya namun merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian
(return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan
kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan kegiatan investasi.
Sedangkan Davenport
(1999), mengulas penerapan human capital dari sudut pandang karyawan,
sehingga tercipta istilah karyawan/investor dimana karyawan sebagai pemilik
modal manusia dipandang sebagai investor. Perubahan sudut pandang ini
melibatkan perubahan pola interaksi antara karyawan dan perusahaan, khususnya
yang terkait dengan kegiatan pengembangan manusia.
Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa menurut konsep Becker karyawan merupakan modal dalam kegiatan investasi
dari si pemilik modal, dalam hal ini adalah pihak managementlah sebagai si
pemilik modal. Sedangkan Davenport beranggapan bahwa karyawan adalah si
pemilik modal yang berperan sebagai investor. Dua konsep yang meletakkan
peranan pemilik modal pada subyek yang berbeda. Satu meletakan pada manusianya
sedangkan yang lain meletakkan kepada potensi yang dimiliki manusianya.
Secara lebih detail lagi dapat
dibandingkan, pada teori Becker maka yang berperan dalam pengembangan karyawan
adalah yang mempekerjakan karyawan atau pihak management. Contohnya dengan
menyediakan lingkungan kerja yang dapat menarik dan mempertahankan karyawan
untuk tetap menginvestasikan modal manusia yang ada. Selain itu dapat juga
dengan menyediakan peluang bagi karyawan untuk mengembangkan modal manusia yang
dimiliki. Dalam hal ini managementlah yang akan bersifat lebih proaktif. Namun
permasalahan dapat muncul ketika perusahaan yang sudah menginvestasikan dana
yang cukup besar untuk mengembangkan modal manusia yang dimiliki ternyata tidak
memperoleh tingkat pengembalian yang diharapkan. Dengan mudah modal manusia
yang dimiliki pindah ke perusahaan pesaing dengan janji posisi dan gaji yang
lebih tinggi.
Sedangkan menurut teori Davenport, yang
berperan dalam pengembangan karyawan adalah karyawan itu sendiri. Masing-masing
individu dituntut untuk mengembangkan dan mengelola modal manusia yang mereka
sendiri miliki untuk memaksimalkan pengembalian yang dapat mereka peroleh.
Sehingga karyawan itulah yang akan bersifat proaktif. Karyawan berperan sebagai
investor yang menanamkan modal manusia yang mereka miliki ke dalam perusahaan
dengan tujuan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Dalam hal ini kemungkinan
besar karyawan akan memperoleh keuntungan yang sebanding dengan penanaman modal
manusia yang dilakukannya.
Oleh karena itu, karyawan sebagai
investor bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam mengembangkan modal
manusia yang dimilikinya serta dalam memilih tempat investasi yang akan
memberikan keuntungan serta memberikan peluang untuk mengembangkan modal
manusia yang ia miliki. Tidak hanya itu, seorang karyawan/investor akan menarik
kembali modal manusia yang telah ia setor, jika ia merasa bahwa investasi yang
ia tanamkan tidak berkembang dan masih ada peluang untuk mengembangkan modal
manusia yang ia miliki di tempat lain.
Sekarang bayangkanlah perbedaan dari kedua situasi tersebut:
Sekarang bayangkanlah perbedaan dari kedua situasi tersebut:
1.
Bilamana
managemen dituntut untuk lebih proaktif dibandingkan 100 orang karyawan.
2.
Bilamana 100
orang karyawan dituntut untuk lebih bersifat proaktif dan tidak bergantung
kepada managemen.
Kekuatan 100 yang lebih proaktif
tentulah akan lebih menentukan dari satu yang proactif. Setiap karyawan
sesungguhnya memiliki potensi yang unik yang berbeda satu dengan yang lainnya
di mana seharusnya si karyawan itu sendirilah yang paling tahu untuk bagaimana
mengetahui potensi yang dimilikinya lebih dari orang di sekelilingnya bahkan
lebih dari atasannya sendiri. Namun seberapa jauh si karyawan mau mengeksplore
dirinya? Seberapa jauh si karyawan memikirkan masa depan karirnya? Ataukah ia
hanya berpikir dengan sangat sederhana yaitu bagaimana dapat memperoleh
penghasilan pada saat ini?
Adapun hal-hal yang dapat mengembangkan modal
manusia sebagai karyawan-investor:
1. Pendidikan
1. Pendidikan
Investasi dalam pendidikan ini tentulah
menyangkut waktu dan biaya. Sehingga secara teori penghasilan mereka yang
berlatar belakang pendidikan S1 akan lebih tinggi dari mereka yang lulus
SLTA.
2. Pelatihan
Menurut Becker (1993), kegiatan
investasi yang terpenting setelah pendidikan adalah pelatihan di mana hal ini
juga merupakan alat utama perusahaan untuk mengembangkan modal manusia yang
dimiliki oleh karyawan mereka berupa keahlian (skill), pengetahuan (knowledge)
dan sikap (attitude) yang dibutuhkan dalam pekerjaan. Hal ini tentu akan
berpengaruh juga kepada penghasilan serta karir dari si karyawan.
3. Pengalaman
Pengalaman sebagai modal manusia akan
terus berkembang selama manusia tersebut menjadi karyawan. Pengalaman akan
membuat karyawan beradaptasi lebih cepat dan berkontribusi lebih banyak
sehingga dapat meminta gaji yang lebih tinggi daripada karyawan yang belum
memiliki pengalaman sama sekali. Terkadang pengalaman dapat menempati urutan
pertama sebagai modal manusia dibandingkan dengan pendidikan. Namun tetap harus
disadari kemungkinan bahwa seseorang yang sudah bekerja selama 20 tahun pada
suatu pekerjaan belum tentu mendapatkan pengalaman kerja yang jauh lebih banyak
daripada orang yang baru bekerja selama 2/3 tahun saja pada pekerjaan yang
sama.
4. Modal Sosial
Hal ini berkaitan erat dengan relasi
serta jaringan yang dimiliki karyawan. Karyawan dengan jaringan sosial yang
lebih besar dapat memiliki kemungkinan yang lebih besar juga untuk memperoleh promosi.
Pada dasarnya teori karyawan sebagai investor menggaris bawahi bahwa modal
manusia yang dikelola perusahaan bukanlah milik perusahaan, tetapi merupakan
investasi dari masing-masing individu karyawan. Sedangkan pengeluaran
perusahaan dalam pelatihan dan pengembangan adalah upaya perusahaan untuk
menarik dan mempertahankan investasi modal manusia dari karyawan yang
dibutuhkan. Secara teori, perusahaan akan menginginkan karyawan dengan modal
manusia sebesar mungkin disertai ekspektasi pengembalian sekecil mungkin.
Meskipun demikian, pada prakteknya karyawan/Investor dengan modal manusia yang
semakin besar akan cenderung mengharapkan tingkat pengembalian yang besar juga.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian Human Capital
Drucker menyatakan bahwa tantangan
organisasi masa kini adalah merespon pergesaran dari yang terfokus pada masalah
industri ekonomi kearah knowledge ekonomi. Pergesaran ini meliputi seluruh
aspek dalam manajemen organisasi yaitu efisiensi operasi, marketing, struktur
organisasi yang akan menghasilkan keuntungan bisnis yang lebih tinggi. Secara
kualitatif kontribusi human capital terhadap keuntungan perusahaan diukur dari
biaya kapasitas dan waktu. Secara kualitatif pengukuran human capital
dipusatkan pada nilai dan tindakan manusia.
Menurut pendapat para ahli, pengertian
human capital adalah sebagai berikut:
Menurut Lengnick Hall dan Cynthia A. Lengnick Hall human capital “…is the know how, skill, and capabilities of individual in organization. Human capital reflect the competencies people bring to their work (2003:3). Dengan melihat pengertian tersebut nampak bahwa human capital merupakan faktor penting dalam organisasi, karena dapat memberikan sumbangan besar bagi kemajuan dan perkembangan organisasi baik organisasi bisnis.
Menurut Lengnick Hall dan Cynthia A. Lengnick Hall human capital “…is the know how, skill, and capabilities of individual in organization. Human capital reflect the competencies people bring to their work (2003:3). Dengan melihat pengertian tersebut nampak bahwa human capital merupakan faktor penting dalam organisasi, karena dapat memberikan sumbangan besar bagi kemajuan dan perkembangan organisasi baik organisasi bisnis.
Menurut Becker, human
capital adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun merupakan
modal (capital) yang menghasilkan pengembalian (return) dan setiap pengeluaran
yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut
merupakan kegiatan investasi.
Menurut Davenport human
capital sebagai seluruh usaha yang dibawa tenaga kerja untuk
diinvestasikan dalam pekerjaan mereka. Termasuk juga didalamnya kemampuan,
tingkah laku, semangat dan waktu.
Menurut Stewart mengatakan bahwa
human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual, sumber dari
innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur.
Human capital mencerminkan kemam puan kolektif perusahaan untuk menghasilkan
solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada
dalam perusahaan tersebut, dimana akan meningkat jika perusahaan mampu
menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
Menurut James Hatch (Enterprise
Magazines, 15 Novermber 1999) mendefinisikan human capital sebagai segala
sesuatu mengenai manusia (tenaga kerja), intelektual, pengetahuan, dan
pengalaman mereka. Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dikeluarkan
karyawan untuk mengolah produk dan menyediakan jasa.
Lebih jauh Mark L. Lengnick Hall (2003:45-46)
menjelaskannya dengan mengutip beberapa pengertian human capital sebagai
berikut:
a.
Human capital is
“the knowledge, skills and capabilities of individual that have economic value
to an organization” (Bohlander, Snell & Sherman, 2001)
b.
Human capital is
“ the collective value of an organization’s know-how. Human capital refers to
the value, usually not reflected in accounting system, which results from the
investment an organization must make to recreate the knowledge in its employee”
(Cortada & Woods, 1999)
c.
Human capital is
“all individual capabilities, the knowledge, skill, and experience of the
company’s employee and managers” (Edvinson & Malone, 1997).
Dari tiga pengertian di atas nampak sekali adanya
kesamaan esensi yang menunjukkan bahwa modal manusia merupakan sesuatu yang
melekat dalam diri invidivu. Hal yang menonjol dari defenisi atas adalah
dimensi ekonomi yang menjadi acuan kebermanfaatnya.
Menurut Fitz-ens, (2000:xii) pengertian human capital dapat dijelaskan sebagai suatu kombinasi dari faktor-faktor sebagai berikut:
a.
Sifat-sifat
seseorang yang dibawanya sejak lahir ke dalam pekerjaan, inteligensi, enerji,
sikap yang secara umum positif, reabilitas, komitmen.
b.
Kemampuan
seseorang untuk belajar, bakat, imajinasi, kreativitas, dan apa yang sering
disebut sebagai street smart (akal kecerdasan)
c.
Motivasi
seseorang untuk berbagi informasi dan pengetahuan, semangat tim dan orientasi
tujuan.
Menurut Stockey (2003) “the term of
human capital is recognition that people in organization and business are an
important and essential asset who contribute to development and growth, in a
similar way as physical asset such as machines and money. The collective
attitude, skill and abilities of people contribute to organization performance
and productivity. Any expenditure in training, development, health and support
is an investment not just an expense”.
Arti dari pengertian ini bahwa human
capital merupakan konsep yang menjelaskan manusia dalam organisasi dan bisnis
merupakan asset yang penting dan beresensi yang memiliki sumbangan terhadap
pengembangan dan pertumbuhan sama seperti halnya asset fisik seperti mesin dan
modal kerja. Sikap dan skill dan kemampuan manusia memiliki kosntribusi
terhadap kinerja dan produktivitas organisasi. Pengeluaran untuk pelatihan,
pengembangan, kesehatan dan dukungan merupakan investasi dan bukan hanya biaya
tapi merupakan investasi.
Menurut Edwinson dan Malone (1997) “human capital is the individual knowledge, experience, capability, skill, creativity, innovations”. Knowledge meliputi pengetahuan mengenai teks akdemik diperoleh melalui pendidikan. Skill adalah kemampuan untuk bekerja/memnuhi kemampuan praktikal. Terdapat dua prinsip kunci dalam human capital yaitu:
1.
Manusia
merupakan asset yang memiliki nilai yang dapat ditingkatkan melalui investasi,
tujuan dari investasi ini adalah memaksimalkan nilai melalui manajemen resiko.
Ketika nilainya meningkat, kapasitas organisasi dan nilai-nilanya akan
meningkat dan menguntungkan stokeholder.
2.
Kebijakan human
capital dalam organisasi harus disesuaikan dengan dukungan misi organisasi
yaitu misi, visi, tujuan dan strategi telah didefenisikan sebagai arahan yang
telah dirancang untuk dapat diimplementasikan dan dinilai oleh sebuah standar,
bagaimana konsep human capital ini dapat membantu organisasi mencapai misinya.
Human Capital atau modal manusia adalah
sebuah sistem untuk memperbaiki kinerja karyawan dan perusahaan. Pengaruh
terbesarnya pada kompetensi utama perusahaan. Teori modal manusia menganggap
bahwa profit bisnis berkembang dan berkelanjutan ketika perusahaan mampu
menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan
lebih baik ketimbang yang ditawarkan para pesaingnya. Dengan kata lain
perusahaan tersebut memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan yang berlangsung
lama dan bersinambung selalu berorientasi pada dinamika kebutuhan pelanggan.
Pendekatannya meliputi:
1.
Menempatkan
modal manusia sebagai aset dan pemeran pokok yang unggul dalam menciptakan
kinerja bisnis maksimum
2.
Cara perhitungan
dan pengelolaan modal manusia adalah sama seperti yang dilakukan dalam
pengelolaan modal financial
3.
Manajer
perusahaan mampu belajar dari pengalamannya untuk membuat keputusan-keputusan
yang lebih baik secara progresiv.
Pendekatan modal manusia sebagai suatu
sistem dirancang untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang bersinambung
melalui pengembangan karyawan. Tidak semua peran penting dalam suatu perusahaan
memiliki derajat yang sama dalam menciptakan kepuasan pelanggan dan pemegang
saham. Namun yang terpenting ketika menempatkan peran kinerja karyawan terhadap
perusahaan maka mereka harus memiliki kemampuan terbaiknya dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan ketimbang karyawan di perusahaan pesaingnya.
Yang lebih ditekankan pada pendekatan
modal manusia adalah tiada hari tanpa pengembangan potensi karyawan dan staf
manajemen. Jadi semua kegiatan setiap divisi harus berorientasi pada mutu
manusia pelakunya. Karena itu mereka harus diperlakukan sebagai manusia
seutuhnya. Mereka pada dasarnya ingin mengetahui bahwa mereka sukses. Kalau
perusahaan membuat karyawan sukses maka pasti mereka merasa bahagia. Dengan
kata lain kalau ukuran kesuksesannya adalah kepuasan yang tinggi dari pelanggan
dan pemegang saham maka seharusnya pelaku bisnis pun termasuk karyawan sebagai
orang-orang yang sukses. Dan mereka bakal bahagia karena telah berkontribusi
yang sangat berarti pada perusahaan. Disinilah peran penting manajemen modal
manusia untuk membangun sistem yang dapat mengukur, mengembangkan, dan
memberikan imbalan proporsional pada karyawan.
Human capital penting karena merupakan
sumber inovasi dan pembaharuan strategi yang dapat diperoleh dari brainstorming
melalui riset, laboratorium, impian manajemen, process reengineering, dan
perbaikan atau pengembangan ketrampilan pekerja. Selain itu, human capital
memberikan nilai tambah dalam perusahaan setiap hari, melalui motivasi,
komitmen, kompetensi serta efektivitas kerja tim. Nilai tambah yang dapat
dikontribusikan oleh pekerja berupa: pengembangan kompetensi yang dimiliki oleh
perusahaan, pemindahan pengetahuan dari pekerja ke perusahaan serta perubahan
budaya manajemen.
Human capital merupakan kombinasi dari
pengetahuan, ketrampilan, inovasi dan kemampuan seseorang untuk menjalankan
tugasnya sehingga dapat menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan.
Pembentukan nilai tambah yang dikontribusikan oleh modal manusia dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya akan memberikan sustainable revenue di masa
akan datang bagi suatu organisasi.
2.2
Pengelolaan Human Capital
Untuk mencapai tingkat kinerja yang
ingin dicapai dengan lebih cepat dan murah, program pengembangan human capital
hanya difokuskan dalam jumlah yang sedikit kurang dari 10% dari
karyawan-karyawan dalam pekerjaan yang strategis. Hal ini akan lebih
mengefisiensikan pengeluaran untuk program-program human resources.
Terdapat dua kunci dalam pengembangan human capital yaitu:
Terdapat dua kunci dalam pengembangan human capital yaitu:
1.
Manusia adalah
asset yang memiliki nilai yang ditingkatkan melalui investasi. Dalam human
capital, hal ini bertujuan untuk memaksimumkan nilai organisasi dengan mengatur
resiko. Jika nilai manusia meningkat, maka kinerja orang meningkat.
2.
Kebijakan human
capital harus sesuai dengan dukungan visi dan misi organisasi, core value dan
tujuan organisasi.
Pengembangan human capital disebut
dengan the strategis value model yang diawali dengan premis bahwa strategi
merupakan pekerjaan setiap orang meliputi susunan nilai dan prioritas yang
sesuai dengan tujuan dan tindakan setiap orang.
Rancangan ukuran human capital
diharapkan dapat memberikan data-data baru dan mampu menunjukkan hasil dengan
akurat. Analisis data human capital masuk ke dalam manajemen pendidikan dan
sistem pelatihan. Selama ini jarang dilakukan penilaian dampak dari program
human capital. Dari hasil penelitian, Accenture 40% perusahaan tidak melakukan
pengukuran maupun penilain terhadap karyawan, kepuasan, produktivitas dan
kualitas 70% jarang dinilai pengaruh human capital terhadap inovasi. Untuk
mengukur kinerja personil, sistem data dan informasi yang saling mendukung
untuk menghasilkan profitabilitas digunakan pengukuran ROI.
Terdapat tiga tingkatan yang harus diperhatikan dalam menetapkan ukuran dan agar human capital dapat diukur yaitu:
Terdapat tiga tingkatan yang harus diperhatikan dalam menetapkan ukuran dan agar human capital dapat diukur yaitu:
1.
Tahap pertama,
menyesuaikan human capital dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Tujuan ini meliputi strategis keuangan, pelanggan dan tujuan SDM.
2.
Unit bisnis,
pada tahap ini diamati perubahan dalam layanan tingkat menengah, kualitas dan
hasil-hasil produktif. Pengukuran merupakan hal yang fundamental untuk
mengetahui nilai dan perkembangan perusahaan. Tujuan dari seluruh rancangan
diamati perubahan dalam layanan tingkat menengah, kualitas dan hasil-hasil
produktif. Pengukuran merupakan hal yang fundamental untuk mengetahui nilai dan
perkembangan perusahaan. Tujuan dari rangkaian seluruh kegiatan bisnis adalah
mengurangi kategori layanan, meningkatkan kualitas, produktivitas, seluruh
perubahan yang diukur dengan beberapa kombinasi dari biaya, waktu, volume,
kesalahan dari tindakan-tindakan manusia.
3.
Manajemen human
capital berdampak dari tindakan manajemen human resourses yang seperti:
perencanaan, perekrutan, kompensasi pengembangan, dan mempertahankan human
capital perusahaan.
Pengukuran human capital lebih menyeluruh
dibandingkan pengukuran manajerial dengan pengukuran perspektif financial
traditional, hal ini disebabkan:
1.
Tanggung jawab
manajemen pada saat sekarang adalah informasi yang berdasarkan aktivitas
pekerjaan-pekerjaan yang merupakan hal yang perlu disertakan dengan data
finansial.
2.
Data finansial
menceritakan apa yang telah terjadi. Data human capital menginformasikan
mengapa hal ini terjadi.
3.
Apabila ingin
mengelola masa yang akan datang, dari waktu yang lampau maka perlu indikator
antara.
Informasi merupakan kunci dari kinerja
manajemen dan peningkatan informasi dapat berguna apabila informasi disebarkan.
Maka perlu budaya berbagi informasi terutama yang berkaitan dengan best
practice yang disusun perdepartemen dan menjadi tindakan-tindakan efektif di
departemen lain.
Terdapat tiga tipe data, yaitu organizational, relational dan human yang harus terintegrasi dalam pengukuran organisasi:
1.
Data organisasi
menginformasikan kepemilikan perusahaan.
2.
Data rational
menginformasikan bahwa kondisi di luar organisasi seperti pelanggan, pesaing,
pasar dan kebutuhan keinginan stokeholder lain dari perushaan.
3.
Data human
menginformasikan bagaimana asset-aset aktif yaitu manusia menjalankan
organisasi untuk mencapai tujuan.
Apabila kita ingin memahami bagaimana
ketiga ini berhubungan satu sama lain yang saling mendukung dan mengarahkan,
maka konsep ini disebut intelectual capital.
2.3
Pengukuran Dampak Human Capital terhadap Proses
Organisasi merupakan kumpulan dari
proses. Proses berlangsung dalam unit bisnis. Ekonomi value added merupakan
ukuran terbaik untuk proses.
Ukuran dampak human capital terhadap proses ini memberikan 5 point nilai tambah yaitu:
Ukuran dampak human capital terhadap proses ini memberikan 5 point nilai tambah yaitu:
1.
Setting
requirement
2.
Interference
from outside the prosess, melalui partnerisasi dengan unit lain yang memberikan
dampak pada proses, maka proses akan akan berjalan tepat waktu dan memberikan
hasil yang terbaik.
3.
Proses yang
ditujukan perorangan, training, komunikasi, pengawasan dan intensif membantu
seseorang untuk berkinerja pada tingkatan yang diharapkan.
4.
Feedback, hasil
yang berupa informasi yang akurat dapat menurunkan kesalahan dan mempersingkat
waktu untuk membetulkan deviasi dari tingkatan tertentu.
5.
Konsekuensi
dengan mengirimkan penghargaan atau tindakan-tindakan koreksi pada kebiasaan
dan waktu yang benar.
Peningkatan proses dapat menghasilkan
banyak nilai, yang diukur secara financial karena jika menghemat waktu maka
bisa menghemat waktu.
2.4
Pengukuran Dampak Human Capital terhadap Hasil
Ukuran yang terfokus pada hasil, yang
diukur dari peningkatan kinerja yang dapat mengarah pada investasi dalam asset
bisnis misalnya ROI dan program training yaitu:
1.
Hasil unit bisnis,
yaitu terdiri dari kinerja organisasi yaitu kinerja financial tradisional
seperti economic value added, pertumbuhan penjualan, pangsa pasar, dan kinerja
saham.
2.
Faktor pendorong
kinerja utama yang secara langsung berkontribusi terhadap unit bisnis/hasil di
perusahaan seperti: produktivitas, kualitas, inovasi dan kepuasan konsumen.
3.
Kapabilitas
human capital yang diukur dari:
a.
Kualitas manusia
dalam mencapai hasil-hasil bisnis kritis seperti workforce proficiency.
b.
Adaptasi tenaga
kerja dan keterikatan pekerja.
4.
Proses
pengembangan human capital yang hasilnya berupa kemampuan human capital, sumber
daya dan operasi.
Ukuran diatas merupakan teknik
pengukuran untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus perusahaan dan solusi
pencapaian target yang sesuai dengan kebutuhan.
2.5
Pengukuran Aspek Finansial Human Capital
Ukuran finansial human capital terdiri
atas: ukuran Return of Investment (ROI). ROI dalam human capital menurut
Fitz-End (1999) dapat dilihat dari:
1.
Revenue per Employee
Rasio antara SDM dan financial diukur
dengan revenue per employee. Ukuran ini mengukur bagaimana karyawan dapat
memberikan kontribusi finansial berupa jumlah penjualan terhadap atau bagaimana
tenaga administrative memberi kontribusi terhadap perusahaan.
2.
Human Capital Revenue Factor (HCRF)
Hal ini merupakan ukuran dasar dari
produktivitas manusia dengan menganalisi berupa banyak waktu yang diperlukan
untuk menghasilkan sejumlah penjualan.
3.
Human Economic Value Added
Tujuan dari ukuran ini adalah untuk
menentukan bahwa tindakan manajerial telah menambah nilai ekonomis yang
sebenarnya dan bukan hanya laporan keuangan yang diberikan secara umum. HEVA
merupakan turunan dari EVA (economic value added) yaitu:
Dalam perhitungan HEVA dilibatkan aspek
SDM berupa banyak jam kerja penuh (full time) yang telah dilakukan oleh
karyawan dapat menghasilkan laba bersih setelah cost of capital. HEVA dihitung
dengan cara:Semakin tinggi nilai HEVA maka semakin tinggi keuntungan yang
dihasilkan oleh karyawan. Hal ini berarti bahwa secara financial, pelaksanaan program
human capital manajemen baik.
4.
Human Capital of Cost Factor (HCCF)
Dalam menghitung besaran HCCF ini maka perlu
diketahui konsep-konsep mengenai cost of capital. Terdapat empat prinsip cost
of capital yaitu:
1.
Pay and benefit
cost for employee
2.
Pay cost of
contingent
3.
The cost of
absteein
4.
The cost of
turnover
Dari prinsip diatas “pay” diartikan
sebagai pembayaran kompensasi tunai yang sedang berjalan (current) dan tidak
termasuk pembayaran kompensasi jangka panjang. Benefit cost adalah sejumlah
uang yang dibayarkan sebagai biaya oleh perusahaan untuk mendapatkan jasa-jasa
atau manfaat dari karyawan. Absteein, merupakan biaya perusahaan yang
disebabkan karyawan yang telah dibayar tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
Turnover, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan termasuk
pemberhentian karyawan, biaya penempatan. Liburan dan kerugian yang disebabkan
berada dalam kurva pembelajaran produktivitas (learning curve productivity).
Berdasarkan persamaan tersebut, apabila nilai HCCF yang diperolah tinggi, maka
berarti program human capital yang dilakukan buruk, karena karyawan tidak mampu
memberikan hasil yang terbaik dan memberikan pengeluaran yang tinggi.
5.
Human Capital Value Added (HCVA)
Human capital value added diperoleh dari
rasio pengurangan penjualan dengan total pengeluaran dan kompensasi dan benefit
cost per jumlah waktu kerja penuh yang diberikan oleh karyawan.
Berdasarkan rasio diatas, maka apabila
rasio ini tinggi, maka pelaksanaan program human capital yang dilakukan baik,
hal ini berarti setiap kerja penuh karyawan dapat memberikan kontribusi
terhadap penjualan setelah dikurangi kompensasi dan benefit cost.
6.
Human Capital Return on Investment (HCROI)
Ukuran ini diperoleh dengan
membandingkan penjualan yang telah dilakukan dikurangi total biaya, kompensasi
dan benefit cost terhadap pembayaran kompensasi (pay) dan cost benefit. Nilai
resiko ini berarti kemampuan perusahaan/lembaga untuk menutupi pengeluaran,
biaya kompensasi dan benefit cost. Selain itu ukuran ini dapat juga diperoleh
dengan membandingkan pendapatan ditambah biaya karyawan terhadap biaya
karyawan.
Ukuran ini dirumuskan menjadi:
HCROI = (
Operating Profit + Employment Cost ) / Employment Cost
Dimana:
Operating Profit = Laba perusahaan
Operating Profit = Laba perusahaan
Employment Cost = Biaya karyawan = Gaji, Benefit,
Tunjangan, Pengembangan SDM, Rekrutmen
Berdasarkan rumusan diatas, nilai rasio
ini berarti kemampuan perusahaan untuk menutupi pengeluaran. Setiap satu rupiah
yang diinvestasikan dalam human capital dapat mengembalikan berapa rupiah.
Pengukuran keberhasilan program human
capital misalnya training dapat diamati dampaknya terhadap:
1.
Kemampuan
mengoperasikan mesin/layanan baik individu maupun kelompok.
2.
Kemampuan
karyawan menunjukkan kualitas karyawan.
3.
Seberapa cepat
produk harus dipasarkan.
4.
Produktivitas
tenaga kerja.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 KASUS
Seorang pegawai bernama A, sejak lulus kuliah langsung bekerja
dalam suatu Bank Nasional. Pada awal masuk, A mengikuti Management Trainee selama 3 bulan, agar A siap terjun dalam
Operasional Perbankan, selain tentunya diajarkan orientasi perusahaan. Kemudian
setelah 1 tahun, A mengikuti internal
training mengenai Personnel Development,
juga eksternal training mengenai
Management Perbankan. Setahun kemudian, A diangkat menjadi Supervisor,
maka A kembali dikirim oleh atasannya untuk mengikuti training Supervisory dan Leadership. Enam bulan kemudian,
A ditarik untuk mengikuti Project
Team – Operational Bank Reenginering.
3.2 PEMBAHASAN
Jika melihat perjalanan A selama di Bank Nasional tersebut,
pastilah banyak hal yang telah diperoleh A, dia menjadi seorang pegawai yang
lengkap, memiliki pengalaman dan kompetensi yang baik, ditambah lagi
training-training yang dia ikuti dan bahkan pengalaman dalam project team.
Jadi, jika suatu perusahaan melakukan pengelolaan pegawai seperti
yang dilakukan terhadap A, maka
perusahaan tersebut akan memiliki sumber daya yang handal dan kompeten
di bidangnya. Dengan kata lain
pegawai-pegawai tersebut menjadi modal yang penting bagi perusahaan, untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Pegawai memang harus dikembangkan dan dikelola, jangan sampai hanya
menjadi pegawai yang statis, tidak pernah ditraining, tidak punya pengalaman
bekerja sama, tidak pernah mutasi untuk pengembangannya dan lainnya. Jika
demikian pegawai hanya jadi suruhan saja, tidak berkembang dan pada akhirnya
tidak mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Sudah saatnya menjadikan pegawai perusahaan menjadi modal dan aset
yang penting bagi perusahaan, untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan.
Investasi terhadap SDM
melalui program-program pelatihan dan pengembangan SDM memang membutuhkan biaya
yang besar namun pada akhirnya akan memberi nilai tambah yang berlipat ganda
bagi perusahaan itu sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN
James S. Colemen (2008:373), menunjukan
bahwa sebagaimana kapital fisik yang di ciptakan dengan mengubah materi untuk
membentuk alat yang memudahkan produksi, kapital manusia diciptakan dengan
mengubah manusia dengan memberikan mereka keterampilan dan kemampuan yang
memampukan mereka bertindak dengan cara-cara yang baru. Perbedaan kapital fisik
dengan kapital manusia dapat kita lihat dalam wujudnya. Kapital fisik itu
berwujud sedangkan kapital manusia tidak berwujud.
Human capital tidak didapat dengan
mudah tanpa proses, namun proses manajemen SDM dapat diarahkan kepada
pembangunan SDM yang memberi nilai tambah baik bagi pelanggan, organisasi,
maupun SDM itu sendiri (human capital).
Proses manajemen SDM meliputi perencanaan SDM serta fungsi-fungsi lainnya
sesuai dengan misi dan tujuan organisasi atau perusahaan.
Perubahan
lingkungan yang begitu cepat dan dan dinamis menuntut pelaku organisasi untuk
melakukan penyesuaian strategi pengelolaan terutama terkait dengan SDM.
Investasi terhadap SDM melalui program-program pelatihan dan pengembangan SDM
membutuhkan biaya yang besar namun pada akhirnya akan memberi nilai tambah yang
berlipat ganda bagi organisasi dan hasilnya seringkali akan
dirasakan untuk jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
http://winnyalnamarlina.blogspot.co.id/2012/04/human-capital.html
http://maydhiputra.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-human-capital.html
http://drmuklis.blogspot.co.id/2010/03/peranan-sumber-daya-manusia-dalam.html
https://www.translate.com/english/teori-human-capital-bertumpu-pada-asumsi-bahwa-pendidikan-formal-sangat-sangat-instrumental-dan-dipe/30516260
http://www.hrcentro.com/artikel/_Pengertian_dan_Pengukuran_Human_Capital_121127.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar