A. Teori Evolusi
Veeger, Karel (1993:79), Charles Darwin(1809-1882) ia membuktikan
bahwa variasi dan diferensiasi besar di alam flora dan fauna merupakan
hasil suatu proses yang amat lama. Proses itu bercirikan empat hal yaitu
struggle for life, survival of the fittest , natural selection dan progress.
Aguste Comte (1798-1857)
mengambil ciri khas manusia yaitu akal budinya sebagai prinsip evolusi. Akal
budi manusia dikekang oleh suatu hukum atau daya gerak evolusioner dari dalam
diri yang secara bertahap menyebabkan umat manusia mula-mula berpikir kongkret
dan partikular, lantas berpikir abstrak dan umum dan akhirnya positif dan
empiris.
B. Teori Struktural Fungsionalisme
Pendekatan
fungsionalisme tidak bersifat historis dan tidak mengikuti perkembangan
suatu gejala social, seperti misalnya keluarga dalam tahap-tahapnya
dikurun waktu melainkan statis. Veeger, Karel J (1993 : 87), Gerhard dan
Jean Lenski dalam bukunya Human Societies (1974 : 28) menyebutkan enam
keharusan fungsional yaitu komunikasi, produksi, distribusi, pertahanan,
penggatian anggota lama, dan kontrol sosial.
Teori menekannkan pada
keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi,disfungsi,fungsi laten,fungsi manifest,
dan keseimbangan. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap stuktur dalam system
social,fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional
terhadap yang lain maka struktur itu tidak aka nada atau akan hilang dengan
sendirinya. Penganut teori ini adalah Robert K.Merton dan Talcott Parson.
C. Teori Konflik
Tokoh utama dalam teori
ini, selain Karl Marx, adalah Ralp Dahrendorf,Georg Simmel,C.Wright Mills, dan
L.A Coser. Asumsi dasar teori konflik ini antara lain bahwa masyarakat
senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang
terus-menerus di antara unsur-unsurnya. Setiap elemen dalam masyarakat
memberikan sumbangan terhadap disintegrasi social. Keteraturan yang terdapat
dalam suatu masyarakat itu hanyalah disebabkn karena adanya tekanan atau
pemaksaa kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Teori konflik
ternyata agak mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada dalam
masyarakat disamping konflik itu sendiri.
Veeger, Karel J (1993 :
92), teori konflik menyatakan bahwa barang yang berharga seperti kekuasaan dan
wewenang, benda-benda material, dan apa yang menghasilkan kenikmatan, agak
langka, sehingga tidak dapat dibagi sama rata diantara rakyat. Maka telah
muncul golongan-golongan dan kelompok-kelompok oposisi, yang merasa diri
dirugikan dan menginginkan porsi lebih besar bagi dirinya sendiri atau hendak
menghalang-halangi atau mencegah pihak lain memperoleh atau menguasai barang
itu.
Teori konflik dalam
sosiologi untuk sementara waktu membatasi diri dan hanya bermaksud menerangkan
antagonisme atau ketegangan antara pihak berkuasa dengan pihak yang dikuasai
dalam rangka pengorganisasian struktural yang tertentu.
D. Teori Aksi
Syamsir ( 2006,hal
09-10) menjelaskan, Teori ini sepenuhnya mengikuti karya max weber. Tokoh
teori ini antara lain plorient znaniccki, Robert max iver talcol parson, hinkle
parto dan Durkheim. Asumsi dasar teori aksi adalah bahwa tindakan manusia
muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal
dalam posisinya sebagai objek ; sebagai subjek manusia bertindak atau
berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
F. Teori Fenomenologi
Syamsir (2006, hal 11),
Alfred de eschutz berpendapat bahwa teori fenomenologi adalah tindakan manusia
menjadi suatu hubungan social bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap
tindakan tertentu dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai suatu
yang penuh arti. Pemahaman secara subjektif terhadap sesuatu tindakan sangat
menetukan kelangsungan proses interaksi social.
Walaupun istilah
fenomenologi untuk menandai suatu metode filsafat yang ditemukan oleh Edmund
huserl, namun mereka yang telah merujukkan diri mereka dengan menamakan kaum
fenomenologis atau yang dianggap kaum lain. Fenomenologi bukanlah suatu aliran
atau suatu system. Bahkan istilah ” gerakan “ sebagai mana yang digunakan
penganut sejarah fenomenologi mengalamatkan suatu kesalahan, ketidak jelasan
label fenomenologi tidak menurunkan famornya yang telah diperkenalkan sejak
decade abad 19-an. Zeidlin (1998, hal 208).
G. Etnometodologi
Entometodologi adalah cabang dari fenomenologi yang mempelajari
dan berusaha menangkap arti dan makna kehidupan sosial suatu masyarakat
berdasarkan ungkapan-ungkapan atau perkataan-perkataan yang mereka ucapkan atau
ungkapkan secara eksplisit maupun implisit. Menurut teori ini seorang sosiolog
tidak perlu memberikan arti/makna kepada apa yang dibuat oleh orang lain atau
kelompok, tetapi tugas sosiolog adalah menemukan bagimana orang-orang atau
anggota masyarakat membangun dunia sosialnya sendiri dan mencoba menemukan
bagaimana mereka memberi arti atau makna kepada dunia sosialnya sendiri.
Misalnya di Manggarai ada istilahBisbalar dan Gegerta. Kedua ungkapan ini sering ditemukan dalam
sebuah perkawinan. ‘Bisbalar’ artinya bisa dibawa larikah! Dan jawaban dari
pemudi;”Gegerta’ artinya tunggu hingga pagi hari. Arti ungkapan itu adalah
bahwa pemudi mau di bawa lari tapi tunggu hingga pagi tiba. Dalam tiap
masyarakat memiliki peribahasa atau ungkapan-ungkapan semacam ini yang harus
ditemukan artinya oleh seorang sosiolog.
Tokoh terkemuka teori
ini adalah Harold Garfinkel.
H. Teori perilaku (Behavioral theory)
Teori perilaku dibangun dalam rangka menerapkan
prinsip-prinsip psikologi perilaku ke
dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara
akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkunagn actor dengan tingkah
laku actor. Konsep dasar teori ini adalah mengenai “reinforcement”(penguatan)
yang dapat diartikan sebagai ganjaran (reword).
Tak ada sesuatu yang
melekat dalam dalam objek yang dapat menimbulkan ganjaran. Pengulangan tinglah
laku tak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.
Perulanagn dirumuskan dalam pengertiannya terhadap actor. Suatu ganjaran yang
tak membawa pengaruh terhadap actor tak akan diulang.
I. Teori pertukaran (Exchange Theory)
Tokoh utam teori ini adalah George human. Teori ini dibangun
dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigm fakta sosial, terutama menyerang
Durkheim, terutama pandanagnnya terhadap emergence (kemunculan
reaksi) dan psikologi. Proposisi yang perlu diperhatikan antara lain adalah
bahwa tinggi ganjaran (reword) yang diperoleh atau yang akan diperoleh makin
besar kemungkinan sesuatu tingkah laku yang akan diulang, dengan demikian pula
sebaliknya. Makin tinggi biaya atau ancaman hukuman (punishment) yang kan
diperoleh, maka kecil kemungkinan tingkah laku yang serupa akan diulang. Adanya
hubungan berantai antara berbagi stimulus dan antara berbagi tanggapan. Dapatkan Versi Ms.Word Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar